tag:blogger.com,1999:blog-32589923723528936032024-03-08T14:24:23.024-08:00Sastramusiterusmengalir.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14470649454555770889noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-3258992372352893603.post-62857178896936491742008-10-26T08:16:00.000-07:002008-10-26T08:17:37.425-07:00Syair Ringgok-Ringgok<div style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic; font-family: trebuchet ms;">Oleh Anton Bae bin Yazid Amri bin Abdul Kohar</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">SYAIR ringgok-ringgok merupakan peninggalan leluhur (puyang) masyarakat Komering, Sumatera Selatan, yang biasanya dinyanyikan dalam acara perkawinan (sebelum atau sesudah akad nikah), dimana para tetangga dan keluarga besar yang punya hajatan sedang berkumpul atau bertatap-tatap muka di dalam rumah, baik saat memasak di dapur, atau bercerita sebelum tidur di kamar, atau pada saat bercerita di ruang tamu.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Tradisi yang sudah berlangsung ratusan tahun itu, biasanya, didendangkan di tempat keluarga yang mengadakan hajatan perkawinan.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Bila dikategorikan sebagai bagian dari sastra tutur yang ada di Sumatera Selatan, syair ringgok-ringgok memiliki keunikan tersendiri, yaitu didendangkan secara bergantian. Ketika si penutur pertama merasa lelah, akan diganti oleh penutur berikutnya, begitu seterusnya tanpa ada rencana terlebih dahulu. Hampir sama dengan gayung bersambut dalam pantun, tetapi berbeda isi dan cara penyampaian.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Masih diperdebatkan pengertian ringgok-ringgok tersebut. Ada yang mengatakan berasal dari bahasa Komering yaitu ghringgot yang artinya bergerak.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Pendapat itu bisa dibenarkan, karena biasanya dalam mendendangkan syair tersebut, si penutur dan si pendengar dalam posisi sedang duduk sambil memasak, atau sedang tidur (tidur ayam), atau sedang membersihkan rumah. Pada saat itu mereka dalam perasaan gembira, walaupun ada juga tangisan yang keluar dari keluarga yang mengadakan hajatan ketika mendengar syair tersebut, karena akan berpisah dengan saudara atau dengan anak kandungnya.</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">***</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">SEBENARNYA, apa yang ditawarkan dari syair yang mengalun seperti aliran Sungai Komering itu ---sungai yang bila musim hujan penuh dengan air, dan bila kemarau kering seperti padang pasir.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Syair itu mengandung unsur nasihat. Hanya saja pemilihan kata dan gaya bahasanya menggunakan bahasa satir. Biasanya, bila isinya berupa humor, maka akan terdengar tawa dan saling sahut-menyahut antar pendengar seakan mereka sedang menertawakan diri mereka. Sementara itu, apabila syair tersebut sedih, biasanya akan terjadi hujan air mata di dalam keluarga yang punya hajatan. Di sinilah letak keberhasilan syair tersebut, yaitu ketika ada respon dari si pendengar, baik tangis maupun tawa.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Dilihat dari isi dan cara penyampaian, ada tiga hal menarik dalam tradisi lisan itu. Pertama, syair itu diciptakan sesuai keadaan, dan biasanya langsung dikarang hari itu atau secara improvisasi oleh si yang menuturkan. Misalnya, penutur mengetahui bahwa acara pernikahan itu adalah perpisahan seorang ibu dengan anaknya yang akan menikah, yang dihibur adalah ibu. Atau mengenai adik yang menikah mendahului kakak perempuannya, yang dihibur adalah kakak. Misalnya jodohnya seharusnya si ini, kenapa dengan si itu. Si itu yang bakal dihibur atau bahkan disindir halus, agar dia berpikir jodoh itu ada di tangan Tuhan.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Salah satu contoh syair ringgok-ringgok dengan tema adik mendahului kakak (perempuan):</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Dang da suya niai</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Nyak haga kahwin mona</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Redhoko nyak niai</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Sambah sujudku munih</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Jodohku ko wat rik kyai di hulu</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Ku konalko rik niku dang niku maa pandai</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Sija silindangku ju ko rik niku</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Ghuai pelangkahku rik niai</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Dang da niku miwang</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Sodihmu sodihku munih.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">(Janganlah kau marah ayuk/ mbak</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Aku mau kawin dulu</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Ridhokan aku</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Sembah sujudku pula</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Jodohku sudah ada, dengan kakak di ulu</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Kukenalkan denganmu, jangan sampai tidak tahu</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Ini selendang kuberikan padamu</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Untuk pelangkahku dengan ayuk</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Janganlah kau menangis</span><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Sedihmu sedihku pula)</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Kedua, syair ringgok-ringgok didendangkan tidak terpaku dimana tempat, kapan, dan alat apa yang digunakan. Baik di dapur pada saat memasak, di ruang tamu, di kamar, atau di halaman. Penutur sengaja mendendangkannya sebagai media hiburan, sebagai jeda atau pelepas sepi.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Ketiga, penutur syair tidak ditentukan siapa dan kapan dia mendendangkan. Biasanya, yang mendahului adalah orang tua yang mengerti (tidak dibedakan lelaki atau perempuan). Artinya, tradisi tersebut beranjak dari sebuah kesadaran, bukan atas perintah atau peraturan yang mengikat.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Terlepas dari semua itu, syair ringgok-ringgok adalah tradisi yang dipakai dalam adat Komering. Tradisi itu tidak akan digunakan di daerah lain. Walaupun yang punya hajatan adalah orang dari suku Komering, jika acara resepsi pernikahan tersebut di daerah lain, misalnya di daerah Pagaralam, tetap syair itu tidak akan dinyanyikan, karena ada perbedaan tradisi. Begitupun sebaliknya, bila acara diadakan di daerah Komering, maka syair itu akan dinyanyikan, sekalipun salah satu dari keluarga mempelai bukan dari suku Komering.</span><br /><br /><span style="font-family: trebuchet ms;">Banyak yang menarik dari tradisi perkawinan di daerah Komering, daerah yang dikenal dengan buah duku itu. Jika kita membukanya, seperti membaca koran, maka syair ringgok-ringgok hanya sebagian kecil dari tradisi Komering.[*]</span><br /></div>musiterusmengalir.blogspot.comhttp://www.blogger.com/profile/14470649454555770889noreply@blogger.com1